Sahabat yang sempet
baca note-noteku sebelumnya pasti sudah sedikit tau tentang obsesi yang saat
ini ingin aku kejar. Yah, selain ingin menekuni dunia tulis menulis sekarang aku masih punya obsesi untuk masuk
ke dunia broadcast lagi. Karena sejak
aku hijrah ke Balikpapan untuk mendamping suami mengembangkan bisnisnya disini, aku harus meninggalkan dunia profesiku sebagai seorang
announcer di salah satu stasiun Radio
Islam yang ada di Kota Batu. Profesi yang menjadi hobby yang yang membahagiaakanku karena disitulah aku memulai banyak hal dalam perubahan hidupku.
Tapi aku yakin bahwa tidak akan menyia-yiakan pengorbananku. Pengabdianku pada sumiku ini semoga menjadi salah satu kunci yang akan digunakan allah untuk membuka pintu kebahagian lain yang lebih baik dari sebelumnya untukku. Aku yakin Allah akan mempertemukan aku dengan stasiun Radio Islam lain yang ada di kota
Balikpapan. Tapi keyakinan aja tidak cukup kan..? Yah, walaupun itu sudah bisa
jadi modal yang cukup kuat untuk menumbuhkan optimisme, tapi pastinya aku juga
harus tetap berusaha untuk mewujudkan apa yang aku yakini itu. Karena sudah
jelas dikatakan dalam sebuah hadis bahwa Allah tidak akan merubah nasib
seseorang kecuali mereka merubah nasib mereka sendiri. ^___^
Nah sebagai bentuk
ikhitiarku untuk mewujudkan obsesiku itu, sore hari kamis kemarin sekitar jam 4 sore, ditemani Bu Dhe aku mencari lokasi Radio IDC FM.
Sebelum berangkat ke Balikapan aku emang sudah sempet browsing untuk cari info
radio islam yang ada di Balikpapan ini. Dan dari hasil jelajah dunia maya itu aku mendapat informasi bahwa IDC FM adalah radio Islam satu-satunya yang ada disana. Jadi aku emang uda niat untuk segera bergabung di
dunia broadcast lagi sesampainya aku di Balikpapan ini. Dan usut punya usut,
ternyata IDC FM ini juga pernah bekerjasama dengan Radio Mitra (Radio pertama tempatku belajar brdakwah lewat media) . Dan tausiyah-tausiyah
yang diputer di Mitra ba’da subuh itu adalah siaran langsung dari IDC FM. Sebuah
berita besar buatku. Dan aku fikir bakal punya kesempatan besar untuk bisa gabung
di IDC FM dengan bantuan Pak Pambudi (Manager Mitra FM).
Aku sudah sempat komunikasi dengan Pak Pambudi soal obsesiku untuk gabung di dunia broadcast lagi, dan beliau bilang akan menyambungkan aku dengan
IDC FM. Tapi setelah aku fikir lagi dan aku takut ada unsur KKN nantinya. Jadinya sore ini tanpa embel-embel
nama orang kuat Mitra FM aku datang ke IDC FM.
Seperti yang aku baca
di situs web IDC bahwa studio IDC berada di masjid Istiqomah. Dan ternyata
benar. Tapi tidak sesederhana yang aku bayangkan sebelumnya. Masjid Istiqomah memiliki pelataran yang luas sekali. Saat aku datang kesana banyak sekali jamaah yang sedang beribadah saat itu. Ada yang ngaji
dan segala aktivitas ritual ibdah lainnya.
Aku masuki pelataran yang luas itu menuju ruang Pak satpam. Aku ungkapkan maksud kedatanganku pada Pak satpam itu. Aku bilang aja kalau aku dari Mitra FM dan ingin tau lokasi IDC FM. Alhamdulillah, Pak satpam itu menyambutku dengan baik dan mengantarku menuju studio on air IDC FM yang terletak di bagian belakang masjid Itiqamah.
Walaupun jadi satu dengan masjid Istiqomah, radio IDC ternyata punya studio yang lumayan bagus. Yah walaupun tidak sebesar radio tempat aku bekerja sebelumnya , tapi IDC punya beberapa ruangan kerja yang memenuhi standar sebuah studio.
Aku masuki pelataran yang luas itu menuju ruang Pak satpam. Aku ungkapkan maksud kedatanganku pada Pak satpam itu. Aku bilang aja kalau aku dari Mitra FM dan ingin tau lokasi IDC FM. Alhamdulillah, Pak satpam itu menyambutku dengan baik dan mengantarku menuju studio on air IDC FM yang terletak di bagian belakang masjid Itiqamah.
Walaupun jadi satu dengan masjid Istiqomah, radio IDC ternyata punya studio yang lumayan bagus. Yah walaupun tidak sebesar radio tempat aku bekerja sebelumnya , tapi IDC punya beberapa ruangan kerja yang memenuhi standar sebuah studio.
Saat itu aku disambut
oleh seorang akhwat(afwan aku lupa namanya). Kalau tidak salah Mbak itu berada
di posisi manager produksi. Dan satu lagi waktu itu yang memberikan waktu buat
sedikit ngobrol dengan aku, Pak Osman. Beliau manager pelaksana IDC FM.
Dari pertemuan yang singkat itu tidak ada waktu ayng kami lalui tanpa patah kata. Lumayan banyak deh pokoknya yang kami obrolkan saat itu. Dan pada akhir perbincangan intinya aku menyampaikan keinginanku untuk bisa bergabung dengan IDC FM. Dan alhmdulillah mereka memberiku lampu
hijau. Karena kebetulan ada salah satu announcer akhwat yang akan menikah bulan april ini. Dan kalau misalnya setelah menikah dia ikut
suaminya tinggal di Samarinda, jadi harus ada perekrutan announcer baru. Dan mereka
memintaku untuk memasukkan lamaran aja kesitu. Karena selama ini memang mereka sedang mencari fikiran2 baru
yang bisa merefresh dan memberikan ide2 brilliant untuk perkembangan IDC. Dan menurut mereka hal itu tidak bisa mereka dapat dari produk SDM lokal. Karena sudah terbukti SDM
lokal tidak bisa memenuhi standart kwalifikasi yang mereka buat. Dan yang terbukti selama ini
justru mayoritas orang pendatang yang berasal dari luar daerahlah yang bisa
meberian warna baru bagi IDC.
Asyik sekali obrolan
saat itu. Ada sebuah optimisme dalam diriku. Apalagi mereka open banget dengan
aku. Bahkan mereka menginformasikan potensi gaji yang akan diberikan pada tenaga penyiar. Walaupun sejak awal sebenarnya fokusku bukan pada uang, dan itu sudah benar2 aku buktikan saat aku bergelut di dunia broadcast sebelumnya, tapi mungkin Allah sedang ingin
memberiku sedikit buah dari tanaman yang aku tanam selama ini. Alhamdulillah aku bisa mendapat gaji lumayan besar dari awal masa kerja kalau memang nanti aku mendapat kesempatan untuk bergabung bersama IDC FM.
Alhamdulillah ..Walaupun memang bukan itu yang menjadi tujuan utamaku tapi paling tidak terlintas dibenakku bahwa aku bisa membantu untuk menopang ekonomi keluargaku nantinya. Di rantau yang segalanya serba mahal ini pastinya aku dan suami juga harus memperbesar sumber penghasilan unutk bisa hidup layak. Tapi ada satu hal yang masih membuatku sedikit dilema karena misal aku benar-benar bergabung bersama IDC, tidak seperti di Radio Islam tenpatku bekerja sebelumnya yang mengijinkan para Ibu-Ibu untuk bekerja paruh waktu (frelance). Tapi di IDC ini semua penyiar baik ihwan maupun akhwat jam kerjanya 8 jam seperti standart jam kantor. Karena di
situ sisitem yang dipakek adalah
multicrap, jadi setiap orang harus menguasai semua bidang. Tidak hanya jadi
seorang penyiar, tapi juga harus bisa jadi, teknisi, pemandu talkshow, scipt writer
dan posisi2 lain.
Itu dia yang jadi pertimbanganku berikutnya.
Apa mungkin aku ninggalin Cia(putriku yang baru berumur 3th) selama itu..? Saat ini aku hanya meminta kepada
Allah untuk memilihkan solusi terbaik untuk urusanku ini. Karena hanya Allah
yang mengetahui yang terbaik dan berkuasa untuk memutuskan segala sesuatu. Semoga
segera ada solusi sehingga aku bisa cepet bergabung di dunia broadcast lagi..Amin
^__^
Sahabat semua Doain aku ya:-)
No comments:
Post a Comment