Assalamu'alaikum

Tiada kesempurnaan hari tanpa dimulai dengan pagi...Tiada kesempurnaan ibadah tanpa dimulai dengan Bismillah...Tiada kesempurnaan lisan tanpa di Mulai dengan Tersenyum ^___^ Assalamu'alaikum..Selamat berlayar di samudra Inspirasiku...Semoga sedikit yang aku tuang bisa bermanfaat untuk semua...Salam Persahabatan...^____^




Saturday, March 19, 2011

Bertubi Serba-Serbi

          Begitu banyak serba-serbi terjadi hari ini. Ada mitos yang bilang bahwa kalau pagi hari uda dimulai dengan hal-hal negativ misal telat bangun dll maka sampek malam juga bakal kayak gitu terus. Gak tau juga itu bener ato tidak. Tapi apa yang terjadi hari ini bener2 menguji kesabaran banget. Pffftttt....Bisa dibayangin, mulai tadi pagi aku uda gak bangun qiyamullail. Mungkin aku kecapean ato kenapa sehingga aku bahkan gak denger alarmku bunyi pukul 3 tadi.  Tapi alhamdulillah walapun aku absen lail tapi aku masih bisa ikut shalat shubuh berjamaah ke mushalla.

Kalau biasanya habis shalat shubuh aku bisa santai baca al’ma’sturat, hari ini beda. Karena kemaren malem aku nggak sempet prepare materi siaran jadinya pagi ini aku singkat baca al ma’tsurat dan buru-buru cari bahan siaran. Uda aku belain pagi-pagi online tapi internet leleeeeeeeeeeeettttttt...Jadinya sampe setengah sembilan aku baru selese cari bahannya. Padahal aku harus mengudara pukul 9 dan saat itu aku juga masih belum mandi. Waduh..Jadinya aku harus bisa memanfaatkan detik2 waktu yang tersisa itu dengan sistem kebut anti benjut. Mandi buru-buru, shalat dhuha di waktu yang terhimpit. Sarapanpu hasilnya cuman sempet dengan segelas minuman sereal istant. Tapi aku harap ini bukan awal sebuah kekelaman. Karena sungguh saat itu aku sama sekali tidak berfikir keburukan bakal terjadi secara beruntun seperti mitos yang diyakini banyak orang kalau pagi uda berantakan maka sampek malam bakal berantakan.

Aku berangkat dengan tetap optimis. Dan alhamdulillah siaran hari ini bisa aku lalui dengan lancar. Aku fikir cukup sudah ini jadi sanggahan mitos yang beredar di masyarakat kita itu.

Hari ini aku punya rencana buat ganti uang gamis Bu dina sekalian bayar uang DVD yang diambil putriku berapa waktu lalu di studio. Dan karena waktu itu uangku 100ribu jadinya aku harus menukar uangku dulu menjadi pecahan biar bisa dibagi untuk 2 pembayaran itu. Nah aku coba tukar uang di toko depan studio. Dengan ramah Ibu pemilik toko membawa uangku utuk mencari uang pecahan sebagai gantinya. Tapi sayang ternyata uangnya baru aja dibawa ke pasar  oleh si suami jadinya Ibu tadi mengembalikan lagi uang 100rbku. Kemudian aku coba pergi ke toko lain yang tidak jauh dari toko tadi. Seperti yang aku katakan ke Ibu pemilik toko pertama, di toko ini aku juga bilang ingin tukar uang. Tapi tidak seperti tanggapan Ibu di toko pertama, Ibu di toko ini nanggepin permintaanku itu dengan nada dan kata-kata yang tidak enak banget. Gimana aku bisa bilang enak, bayangin sendiri aja Ibu penjual tadi malah nyuruh aku bawa uang itu ke Bank. Kurang lebih begini katanya, “ Gak bisa Mbak, Silahkan Mbak ke toko manapun pasti tidak bisa kalau hanya tukar uang saja. Jadi Mbak tukar saja ke Bank.”

“Klo gitu saya beli kuenya deh Mbk.” Jawabku tenang menanggapi.

“Gak bisa Mbk nanti beli kuenya Cuma 1000 tukar  uangnya 100ribu. Tukar di Bank saja. Bawa ke Bank saja Mbak.” Suruh Ibu tadi dengan nada dingin dan mimik wajah yang menyepelekan.


Huuuuuhhhh..Berdegup kencang oh hatiku. Penggalan lyric lagu laluna ini cocok untuk mengagambarkan suasana hatiku saat itu.Tapi bukan berdegup karena terserang virus merah jambu tapi berdebar karena dijalari rasa emosi. Heran aku sungguh heran bukan kepayang. Aku ini mau tuker uang, BUKAN NGEMIS. Kenapa harus segitunya sama aku. Kalaupun emang tidak boleh kan seharusnya Ibu itu bisa bilang bagus-bagus ke aku. Lagian apa ruginya sih nukerin uangnya, lagian kan tidak membuat jumlah uangnya berkurang...Tapi inilah hidup diisi dengan berbagai macam manusia dengan berbagai macam cara dan prinsipnya dalam menjalani hidup. Masih dengan perasaan agak dongkol, aku sebenernya ingin cabut aja dari toko itu. Saat aku ingin beranjak melangkahkan kaki ke luar dari toko anakku menyeretku dan minta dibelikan kue ini dan itu. Karena aku lihat di sana ada beberapa  keperluan yang aku butuhkan jadi sekalian aku beli aja. Seperti agak malu atau terpaksa Ibu itu menerima uang pembayaranku. Uang 100rb yang sebenarnya ingin aku tukar tadi. Dia cermati uang itu. “sobek uangnya Mbak, sulit kalau uang gini.” Kata Ibu itu sambil mengembalikan uangnya padaku. Aku lihat uang yang sudah berpindah ke tanganku lagi itu. sebelumnya aku bener-bener tidak tau kalau uang itu ada yang sobek. Karena kertas uangnya masih lumayan licin. Trnyata emang bener, ada sobek sekitar setengah centi. Cacat yang kurang masuk akal untuk jadi alasan ditolaknya pembayaranku, karena selama ini pengalamanku uang yang lebih parah dari itu aja masih diterima buat pembayaran. Yah mungkin itu cuman alasan aja untuk tidak menerima pembelianku karena mungkin beliunya malu. Barang belanjaan yang uda aku pegang diminta lagi. Bbrrrrrr.......

Emosi uda meledak-ledak di dadaku sebenernya saat itu, tapi aku berusaha menahan diri biar tidak terbawa suasana hati. Aku beranjak dari toko itu dan balik ke studio. Ku ambil uang 100ribu lainnya dan sebelum balik lagi ke toko itu aku cermati uangku untuk memastikan tidak cacat lagi. Di sepanjang jalan hatiku bergulat antara dua pilihan hebat. Aku bayar belanjaanku tadi dengan uang pas yang artinya aku tidak jadi dapat uang pecahan yang aku butuhkan atau aku tatap membayar dengan uang 100ribu tadi sehingga aku bisa dapat uang pecahan. Pergulatan itu bukan tanpa maksud. Sebenarnya aku ingin aja mengikuti kata hatiku untuk ambil barang yang aku beli dengan uang pas jadinya kan dagangannya laku dan aku tidak jadi minta bantuuan tuh orang buat nukerin uang aku. Sampai masuk ke dalam toko itu, sambil menunggu Ibu penjual itu melayaniku hatiku terus bergulat antara 2 pertanyaan itu.. Sambil kupegang dua lembar uang puluhan ribu dan ratusan ribu aku sibuk dengan pemikiranku. Dan saat Ibu itu datangpun aku masih  bimbang.
Dengan agak jaim aku bilang, “Saya mau ambil barang yang saya beli.”
“Jadi beli barang yang tadi?”, dengan nada yang berubah menjadi ramah Ibu tadi menanyaiku.
“Iya.” Jawabku singkat.

Kemudian Ibu itupun memasukkan barang-barang belanjaanku yang sudah ditata di etalase ke dalam kantong kresek lagi. Setelah beliau menghitung total yang harus aku bayar, kemudian aku sodorkan  uang 100ribu. Huuuh lega, akhirnya aku bisa memenangkan bisikan buruk hatiku. Aku fikir lagi, buat apa aku menuruti bisikan syetan untuk membeli barang Ibu itu tapi dengan maksud ingin mempermalukan beliau. Tidak akan ada manfaatnya aku menuruti emosi. Gak akan ada kebaikan yang aku dapat. Kalau aku bikin Ibu itu malu pastinya aku dosa, ditambah lagi aku tidak akan mendapat apa yang sebenarnya menjadi tujuan awalku untuk mendapat uang pecahan. Alhamdulillah aku bisa mendapat hikmah dari kejadian ini. Kapan-kapan lagi aku tidak akan mengulangi kesalahan di tempat yang sama. Gak akan ada lagi namanya tuker uang di toko. Karena toko emang bukan tempat tuker uang. Walaupun beberapa orang bisa berbaik hati untuk menerima itu, tapi untuk cari amannya lebih baik aku membelanjakan uang dengan sedikit barang untuk mendapat pecahan recehannya. Lega banget bisa keluar dari toko itu tanpa amarah. ^__^

Saat itu sebenarnya matahari sudah berada dipuncaknya, namun tidak seperti biasanya hari ini tidak ada terik yang menyengat karena matahari sepertinya harus rela bersembunyi di balik awan pekat yang  akan membawa gerimis. Adzan penanda panggilan Allah untuk menunaikan shalat dhuhur dikumandangkan. Sebelum meneruskan perjalanan pulang ke rumah aku memutuskan mampir ke masjid terdekat untuk memenuhi panggilanNya.  Sianng itu suasan masjid terlihat sangat lenggang. Hanya 2 jamaah yang mengisi shaf wanita sebelum aku datang. Akupun segera menyusul dan menyambung shaf di sampingnya. Rakaat demi rakaat wajib dan sunnah sudah tertunaikan. Dan akupun keluar dari masjid menuju tempat aku melepas alals kakiku. Kaget aku melihat sepatuku yang kelihatan aneh dengan aksesoris yang sudah tidak ada lagi. Bebrapa waktu lalu aku emang baru beli sepatu baru. Dan senang banget saat aku bisa mendapatkan sepatu itu, selain tampilannya unik berhias imitasi berlian sepatu itu juga nyaman banget dipakainya.Tapi sekarang aksesoris berlian yang ada di sepatu bagian kanan sudah tidak ada lagi. 

Aku fikir kurang kerjaan banget tuh orang yang sempet-sempetnya ngambil alsesoris sepatu. Apa gunanya gitu lo. Bukan suudzon atau gimana, karena aku yakin waktu aku masuk masjid emang sepatuku masih utuh. Dan aku tidak merasa tersandung atau apa kok. Jadi ya insyallah 99.9% aku yakin aksesoris itu hilang saat aku sedang  shalat. Lagian itu berlian kan cuman imitasi aja, masak masih mau ambil juga. Kenapa tidak dua-duanya aja, kenapa cuman sebelah yang diambil. Trus aku berfikir siapa coba yang ngambil, sementara saat itu masjid juga sedang sepi.  Tapi di halaman masjid saat itu ada beberapa anak-anak yang sedang bermain sepak bola siapa tau mereka yang usil nyuri aksesoris sepatuku, namanya juga anak-anak. Aku coba menghampiri anak-anak itu. Walaupun kesannya seperti kebangetan, aksesoris sepatu aja dicariin, tapi kan harus tetep usaha  siapa tau bisa ketemu. Tapi sayang anak-anak itu tidak ada yang tau, atau gak mau tau, atau bahkan pura-pura gak tau. Aku gak tau mana yang benar dan akupun gak bisa menuduh mereka.

              Dari kejadian ini aku dibuat mengerti lagi dan benar-benar merasakan pesan ilmu tukang parkir.” Tukang parkir tidak merasa sedih sat mobilnya diambil satu persatu oleh pemiliknya karena ia tidak merasa memiliki, ia hanya merasa dititipi.” Dan sekarang ilmuku itu diuji. Mulai dari kehilangan hal kecil yang aku sukai. Apa aku ikhlas dan rela kalau ternyata aku harus kehilangan benda yang aku sukai. Karena jujur aku emang sering dibuat was-was karena sepatu itu. Saat sedang mengikuti kajian misalnya, dimana saat itu aku kumpul dengan banyak orang dan mengharuskanku melepas sepatu bercampur dengan sepatu orang lain. Aku sering kepikiran dan takut sepatuku bakal dituker orang. Dan Allah tidak suka yang seperti itu. Sekarang hilang sungguhan. Walaupun hanya aksesorisnya aja. Dan hilangnya aksesoris itu aku tidak tau bagaimana bisa hilang. Yang jelas semua tidak akan terjadi tana kehendak  Allah. Mungkin dari kejadian ini Allah sebenernya ingin menghilangkan sifat keduniaanku itu. Allah tidak ingin aku memiliki bibit cinta dunia yang membuatku tidak tenang dengan ibadah yang aku jalankan.. Itulah kenapa Rasulullah bahkan juga pernah minta tali sendalnya diganti dengan tali yang sudah usang karena tli sendal barunya mengalihkan sedikit perhatian dari ibadah yang beliau lakukan.

Walaupun agak gelo juga sebenarnya *bhs Jawa masih agak kepikiran* tapi aku coba latih ahtiku untuk mengikhlaskan. Aku ridho aksesoris itu hilang kalau itulah yang sering jadi sebab kotornya hatiku. Subhanallah. Dari hal kecil ini Allah menyelipkan sebuah hikmah yang sangat besar dalam hatiku.

Dengan meluruskan hati aku ingin beranjak meninggalkan masjid. Tapi tiba-tiba hujan turun begitu derasnya. Dan akupun memutuskan untuk duduk di pelataran masjid sambil menunggu hujan itu reda. Aku lihat sepasang sepatu yang aku sukai itu. Sepatu yang sudah tidak seindah yang aku lihat sebelumnya. Di tengah kebisingan derasnya suara air yang jatuh dari atap Allah ternyata tidak hanya air yang turun tapi Allah juga menurunkan hikmahnya lagi dalam hatiku. Teringan sebuah kalimat hikmah yang dikirim oleh  salah seorang pendengar waktu aku siaran hari jum’at lalu tentang sepasang sepatu. Bahwa bagaimanapun bagusnya sebuah sepatu maka ia tidak akan bermanfaat dan tidak lagi berharga saat satu sisinya sudah tidak ada. Demikian juga dengan sepatuku saat ini. Walaupun yang hilang cuman hiasannya , dan walaupun sepatu itu emang masih bisa dipakai tapi jadi kurang indah dilihat dengan satu hiasan di satu sisi saja. Demikian juga dalam sebuah rumah tangga saat hiasan yang bisa mepercantik jalinan kasihnya itu sudah hilang maka kehidupan rumahtangga itupun akan jadi kurang indah. Jadi biar tidak aneh sekalian aja aku ambil aksesoris satunya. Semoga walaupun aku kehilangan aksesoris sepatuku, tapi Allah menggantinya dengan aksesoris baru yang bisa memperindah jalinan rumahtanggaku. Amin ^___^

No comments:

Post a Comment

Download