Teringat cerita seorang teman, hingga usia kurang lebih 40th belum juga dipertemukan dengan Sang Pangeran. Allah mempersaudarakan kita dalam ketidaksengajaan. Karena awalnya dia menjadi customer di OL Shopku. Dan tidak disangka, kami pun menjadi layaknya keluarga. Walau belum pernah bertatap muka. Karena beliau saat itu berdomisili di Jakarta.
Rentang usia kami yang jauh, tidak menjadi alasan. Sepenggal
kisah pun beliau bagikan. Tentang hasratnya pada seorang ikhwan. Namun
ternyata, pria dari Aceh itu tidak lajang lagi. Ya, beliau sudah beristri.
Entah dari mana Mbkku itu bisa menaruh hati.
Demikian juga si lelaki. Benar juga jika dikatakan bahwa cinta itu memang buta
dan penuh misteri. Karena ia kadang tak mau kompromi untuk mencari waktu yang
tepat, kapan ia harus datang dan kapan harus ia pergi.
“Kami sudah tidak muda lagi, jadi jangan bayangkan
kami mencinta layaknya anak muda jaman sekarang. Abang ingin menikahi Mbk,
karena Abang yakin bahwa Mbk salah satu jodohnya,” demikian ungkapan Mbk suatu
hari kepadaku.
Dengan niat ibadah dan menjaga kemuliaan diri, Mbk
memang sudah siap untuk menjadi madu dalam hubungan abang dan istri pertamnya. Saat
itu aku hanya bisa menampung cerita demi cerita yang Mbk ungkapkan. Tidak
banyak berkomentar A ataupun B. Aku hanya bisa mencoba menyelami dan membayangkan
posisi, kondisi juga perasaan masing-masing. Mbk, abang dan istri abang.
Waktu pun berlalu....
Suatu hari sebuah sms masuk ke inbox hp-ku.
“Istri abang sms Mbk, beliau minta supaya Mbk jauhin
abang,” sms bernada kecewa itu pun terasa menyayat dada.
Itulah realita yang harus Mbk terima saat ia merasa
sebuah cinta. Namun apa mau dikata. Mbk tidak ingin membuat wanita lain menderita.
Mbk tidak mau merasa bahagia, sedangkan ada orang lain yang merana.
Sebuah keputusan hati pun ditempuhnya. Mbk mencoba
meredam dan melupakan cinta yang dirasakannya, meskipun sakit yang dalam mendera
jiwanya.
Beberapa tahun kemudian...
“Ka, apa kabar? Mbk sekarang tinggal di Aceh.
Alhamdulillah Mbk sudah menikah, Ka. Mohon doanya ya biar Allah segera
mengamanahkan momongan.”
Sms berisi kegembiraan itu masuk ke inbox-ku, setlah
sekian waktu aku tidak pernah tau bagaimana kabar Mbkku.
”Alhamdulillah, Mbk. Bagaimana ceritanya? Mbk nikah
sama abang yang dulu itukah?” tanyaku kemudian.
“Enggaklah, Ka. Mbk nikah dengan abang yang lain.
Tapi orang Aceh juga,”ungkap Mbk bahagia.
Begitulah realita yang penuh warna. Sepenggal kisah
perjalanan seorang wanita dalam mencari sebuah cinta dan menyempurnakan separuh
agamanya. Cinta yang akhirnya membuatnya bahagia. Walaupun bukan dengan pria
yang dia yakini sebelumnya.
Memang tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Yang sering menjadi masalah
adalah bagaimana kita menyikapinya. Untuk itu jika kita merasakan cinta, maka
kita harus mampu mengarahkannya. Jangan sampai cinta itu membuat kita hina.
Cinta hanyalah sebuah rasa. Yang terkadang
kita juga bisa salah dalam menafsirkannya.
Untuk itu jika cinta datang menyapa mengusik jiwa,
jangan terburu merasa yakin bahwa itu cinta sejati kita.
Karena keyakinan manusia kadang bisa menipu. Ya,
keyakinan manusia kadang memang bisa keliru.
Sungguh, hanya Allah yang lebih tau yang terbaik
untuk kita.
Walau terkadang yang terjadi tidak sesuai dengan
yang kita bayangkan sebelumnya...
Tapi yakinlah apapun ketetapanNya pasti yang
terindah...
Dan hanya kepada Allah-lah kita harus berserah....
Semoga membawa hikmah.
setuju mak :) saya juga sedang mencari pangeran kuda poni mak haha
ReplyDeletePangeran kuda berponi lempar ya, Mak? haha
ReplyDelete