Ada seorang bunda yang bercerita bahwa dia memiliki kesabaran yang tipis sekali sehingga emosinya gampang tersulut. Jadi kalau ada
sedikit aja buah hatinya melakukan hal yang tidak berkenan di
hatinya...huuuu..langsung deh darahnya naik ke ubun2..hehe
Jadi menurut critanya, Caca (nama buah hati saudara
kita yang satu ini) termasuk anak yang hiperaktif, energinya seperti
tidak ada habisnya. Bahkan menurutnya Caca itu suka melakukan hal2 yang dia
anggap berlebihan. Misalnya dia suka bermain dengan semua mainan yang dia miliki hingga
ruang tengah rumah mereka penuh dengan bermacam-macam mainan.
Dia juga suka menyimpan benda tak terpakai bekas ayahnya bekerja seperti bekas
suntikan infus, tinta printer atau kotak-kotak wadah tinta infus. Semua kotak itu kemudian diisinya dengan pernak-pernik, bros, pensil warna, gunting kuku,
minyak kayu putih dan barang-barang lainnya. Bahkan pernah jilbab dan
pakaian dalamnya juga dia masukkan ke dalam kotak bekas tersebut. Dan saat bundanya memerlukan benda2 itu, dia harus bergerilya mencari dan membongkar kotak2 itu satu persatu.
Di situlah si bunda merasa tingkat kesabarannya sedang diuji. Biasanya dia akan melakukan
pencarian dengan mulut yang tidak berhenti berpetuah pada buah hatinya.
Ya alhamdulillahnya si Caca selalu mendengarkan tiap bundanya memperingatkan untuk tidak mengulangi lagi.. Tapi ya gitu namanya juga anak-anak, sekarang bilang iya besok ya diulang lagi..:D
Sampai suatu
hari waktu ibunya
marah kemudian si kecil itu bilang pada
ibunya..
"Bun,
Laa taghdhab fa lakal jannah, janganlah marah maka bagimu surga"
Karena anaknya ini kan sudah sekolah kelas 1 di SDIT, jadi subhanallah ia mengucapkan hadist yang sudah dipelajarinya
di sekolah saat melihat ibunya marah. :D..Tuing-tuing misal kita yang digitukan sama buah hati kita pasti gak jadi marah deh..Haduw malu dong sama si kecil ^___^
-SABAR-
Rumus pertama yang harus kita lakukan untuk sukses menghadapi kerewelan anak kita adalah SABAR. Kita emang harus bener-bener berusaha untuk sabar menghadapi buah hati kita, jadi harus menghindari sifat reaktif. Karena dalam sifat anak kita sebenarnya mengalir sifat kita para ibu dan ayahnya. Anak-anak seperti kertas putih, jadi tergantung mau kita tulis atau beri warna apa di kertas itu. Kertas putih tidak akan menolak mau dikasi warna apapun. Begitu juga dengan anak kita. Kalau misal kita mendidik mereka dengan kekerasan, maka kelak dia juga akan terbiasa dengan menyakiti orang lain. Pastinya kita nggak mau dong anak kita tumbuh menjadi anak yang memiliki sifat buruk seperti itu. Jadi sebagai orang tua kita harus bisa mengasuh buah
hati kita dengan bahasa anak-anak. Saat berbicara dan bertingkah kita bisa coba untuk masuk ke dunia mereka. Menyikapi dengan cara seperti dia
juga, jangan seperti orang tua. Kalau mau menasehati dia atau membetulkan dia coba kita kasih contoh baik buruknya dan enak tidaknya. Karena si kecil belum tahu apa yang dia lakukan itu benar atau tidak, baik atau buruk.
Misal dia nulis di dinding gt, umumnya para orang tua saat mengetahui si anak corat-coret di dinding pasti akan langsung marah-marah. Seribu bahasa keluar dari mulutnya. Hhhm..Coba deh kita rubah, coba luruskan dengan menggunakan kata-kata yang lebih bisa mereka terima. misalnya "sayang, bunda senang sekali karena putri bunda sudah bisa nggambar. Itu namanya anak pinter. Tapi sayang dong kalau gambarnya di gambar di dinding. Nanti kalau ada cicak lewat bisa rusak gambarnya. Gimana kalau nggambarnya di kertas aja, kan jadinya nanti gambarnya bisa disimpen, gak rusak deh jadinya. ^__^
Anak2
kecil gak pernah jd org dewasa, tp kita org dewasa pernah jadi mereka. Inget
kan jaman dulu kita jg udah cukup sering bikin ortu bingung dan pusing ngadepin
kita, nah sekarang gantian donk!! ^___^
-DIDIK DENGAN HATI YANG TULUS-
Kita harus berusaha untuk mendidik buah hati kita dengan hati yang tulus. Ajari tutur bahasa yang santun. Dan jangan lupa berikan
gizi yang terbaik yang anda mampu, bukan mainan yang mahal yang mampu anda beli.
Karena gizi yang baik juga bisa mempengaruhi pembentukan mental yang baik.
Satu hal
yang harus diperhatkan, jangan memperlakukan anak seolah dia adalah musuh yang
selalu ngrecoki. Memang susah2 gampang dalam mendidik anak. Jadi seperti saat kita sedang bermain layang-layang, kadang perlu diulur dan kadang perlu ditarik. Selama apa yang dia lakukan tidak berbahaya, ya nggak usah kita larang-larang. Kalau anak melakukan inu nggak boleh itu nggak boleh maka hal itu akan membunuh rasa percaya dirinya. Selama yang ingin dia lakukan masih dalam batas kewajaran karena sifat keingintahuannya yang tinggi, misal ingin makan sendiri, mandi sendiri ya kita awasi saja. Dengan diijinkan seperti itu maka rasa percaya diri anak kita akan muncul karena mereka merasa bisa. Dan jelas itu akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakternya dikemudian hari. Baru kalau memang yang dia lakukan sudah masuk kategori yang membahayakan dirinya maka harus kita arahkan. Bermain alat-alat yang berbahaya atau berbicara kotor misalnya.
Ika ngerti sih, mungkin Sohibika sudah capek ngurus rumah tangga seharian, belum lagi ngurus suami. Huu jadinya kalau anak lagi susah diatur bawaannya esmosinya kudu keluar melulu. Walaupun begitu kalau
Sohibika sedang capek, suntuk, mangkel sama suami atau apalah jangan sampai anak
jadi sasarannya ya.
Sekali-sekali membentak boleh lah, tapi jangan "pakai hati". Maksudnya, klo mau bentak boleh asal jangan dilandasi perasaan jengkel, apalagi marah. hhmm emangnya bisa? Ya harus bisa...:D
-DIAM-
Kalau misalnya kita sudah berusaha untuk sabar, kita sudah mendidik dengan tulus, memberi contoh
yang baik, kita juga sudah berusaha untuk berbicara dengan lemah lembut, tapi anak
kita masih saja susah diaturnya dan terus memancing emosi, maka langkah
berikutnya yang harus kita lakukan adalah DIAM. Jangan dimarahi apalagi dipukul. Tegurlah anak dengan
lemah lembut, juga beri anak contoh yang baik. Lagi-lagi misal kita sudah berada pada fase emosi yang memuncak, ingat hadist yang dibacakan Caca tadi. LA TAGHDAB FALAKAL JANNAH, JANGAN MARAH MAKA BAGIMU SYURGA. Insyallah hadist itu efektif untuk jadi rem saat kita sudah naik pitam.
-JANGAN BERTENGKAR DI DEPAN ANAK-
Dan yang
tidak kalah penting dan harus jadi perhatian kita bersama, namanya RT itu kan tidak
terlepas dari yang namanya pertengkaran. Walaupun seperti itu maka para orang tua jangan sekali-kali bertengkar dengan pasangan di
depan anak. Karena hal itu bisa mempengaruhi kejiwaan anak-anak kita. Dampak negativ yang akan ditimbulkan jika sering melihat orang tuanya bertengkar, anak jadi ngelunjak, gampang emosi, dan melawan kalau di beritahu.
Sebagai
ortu kita memang selalu dituntut untuk belajar dan terus belajar agar bisa mendidik anak kita dengan bijak dan dengan penuh kelembutan.
"Innallaaha
yuhibbur rifqa fil amri kullih"
Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua urusan. (HR Jama'ah)
Dan Sohibika, yang harus kita fahami sesungguhnya anak2 kita itu hadir sebagai ujian bagi kita.
Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua urusan. (HR Jama'ah)
Dan Sohibika, yang harus kita fahami sesungguhnya anak2 kita itu hadir sebagai ujian bagi kita.
Dalam Q.S Al-Anfal
ayat 28 Allah berFirman: ”Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaan dan anak-anakmu adalah
cobaan hidup dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang amat besar.”
Jadi dari anak-anak, kita sedang diuji untuk bisa lebih bersabar.
Seiring berjalannya waktu dengan kesabaran kita, Insyallah akan ada perubahan pada anak-anak kita dan dia akan semakin sayang kepada kita
orang tuanya!!!!!!!! Semoga kita mampu mendidik dan membina mereka menuju generasi
Rabbani dan Qur'ani serta menjadi anak2 yang mampu menyejukkan mata (qurrata a'yun). Aamiin..^___^
No comments:
Post a Comment