Siapa bilang untuk bisa berbagi dengan sesama harus menunggu kita jadi hartawan atau konglomerat...Karena dengan segala keterbatasan yang kita miliki, dengan tekat yang besar dan ketulusan hati ternyata kita juga bisa berbagi dengan sesama kita atas apa yang kita miliki. Hal itu dicontohkan oleh Andi Suhandi
Seorang anak muda yang lahir di kota Sukabumi 23 tahun yang lalu yang memilki kepedulian yang sangat besar terhadap nasib para anak jalanan. Dia usianya yang masih menginjak 23 tahun, Andi Suhandi telah banyak memiliki sumbangsih pada kehidupan anak jalanan kota Bekasi. Dalam sebuah sanggar ukuran kecil yang didirikannya yang kemudian dia beri nama "Sanggar Anak Matahari", Andi Suhandi telah memompa semangat belajar dan berkarya para anak-anak jalanan. Di sanggarnya itu Andi menngunakan sisitem belajar yang dia sebut sebagai "MLM Kebaikan" yaitu
sebuah sistem pengajaran berjenjang, misalnya: 1 anak yang berprestasi
membina 10 orang anak lainnya. Dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang dia berikan dalam sanggar itu, Andi berharap 10 atau 15 tahun kedepan tidak akan ada lagi anak jalanan yang berkeliaran di jalanan. Dan dari 200 anak didiknya saat ini ada beberapa anak jalanan yang telah kembali ke bangku sekolah. Subhanallah...
Kalau kita dengar prestasi dan kedermawanannya mungkin kita semua akan menyangka bahwa dia adalah seorang anak manusia yang terlahir dari keluarga yang berekonomi kuat sehingga dia bisa menyantuni anak-anak jalanan itu. Tapi tau tidak Sohibika bahwa Andi Suhandi sendiri terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, ayahnya hanya seorang penjual gorengan sedangkan ibunya adalah seorang buruh tani. Dan karena keterbatasan kondisi ekonomi orang tuanya itulah membuat Andi Suhandi sejak berada di bangku SD ikut membanting tulang.
"Hidup adalah kerja keras". Itulah moto hidup yang selalu tertancap dalam benaknya.
Bayangkan saja Sohibika, sejak kecil Andi Suhandi sudah memiliki pekerjaan seperti layaknya orang dewasa.
Pada saat duduk di bangku kelas SD, ia sudah jadi kuli petik padi, kuli bangunan, tukang antar batu, tukang antargenteng, tukang kredit pakaian dalam wanita, tukang cari kayu bakar, tukang cari rumput untuk kambing, tukang jual semangka, dan masih banyak lagi sampai-sampai dia hampir tidak punya waktu untuk bermain.
Masa sekolah SMP pun, ia lalui dengan kerja keras. Selain jarak puluhan kilometer yang harus ia lalui, Andi juga harus pintar-pintar mengatur waktu sekolah dan bekerja. Setelah lulus SMP Andi mendaftar ke SMA negeri favorit di daerahnya, SMAN 1 Cibadak. Sukabumi Namun, karena kekurangan biaya, dia akhirnya menjual kambing dengan harga sebesar sama dengan harga pendaftaran sekolah.
Di SMA ia aktif bernasyid, lalu membawa keterampilan itu ke rumahnya. Setelah mengajar ngaji bersama ibu dan kakak, Selepas Magrib Andi mengumpulkan anak-anak warga desanya di teras rumahnya yang sederhana dan membentuk grup nasyid. Sekarang grup nasyid itu sudah terkenal di kampungnya sehingga desa tetangga sering meminta untuk mengisi berbagai acara, mulai dari pernikahan, khitanan, sampai perayaan hari besar Islam.
Setelah lulus SMA tahun 2006, karena Andi tidak ammpu mendapatkan biaya untuk meneruskan pendidikannya di Perguruan Tinggi, kemudian Andi nekat ikut kakaknya yang hanya seorang pedagang agar-agar keliling di kawasan Kranji, Bekasi. Andi pun akhirnya ikut berjualan agar-agar keliling dengan pikulan keliling kompleks bersama kakaknya, dengan keuntungan maksimal Rp. 15 ribu/hari. Dan untuk mencari tambahan penghasilan, Andi dan kakaknya juga pernah mengamen di emperan toko. Dan saat mengamen itulah akhirnya dia mengenal banyak anak jalanan. Dan disela mengamen itupun dia menfaatkan untuk mengajari anak-anak jalanan yang mereka temui. Pelajaran yang mereka berikan mulai dari pengetahuan umum, pendidikan agama, seni, hingga motivasi.
Dengan bantuan dua orang temannya, yaitu Nadia dan Rijal, di luar kegiatannya sebagai mahasiswa, Andi masih terus memberikan pelajaran bagi anak-anak jalanan di Bekasi, juga pelajaran seni nasyid. Bahkan di Bekasi Andi berhasil membuat grup nasyid bernama Anjalis (grup nasyid laki-laki) dan Melati voice (grup nasyid perempuan).
Karena tempat tak lagi sekadar mewadahi anak jalanan, dari Anjalis (nama tim nasyid laki-laki) dan Melati Voice (nama tim nasyid perempuan), dan kemudian melebur berganti nama menjadi “Sanggar Anak Matahari” di tahun 2006.
Dan karena jasanya itu Andi Suhandi terpilih menjadi The Young Hero oleh Kick Andi
Ini dia cuplikan video penghargaan Andi Suhandi oleh Kick Andi dan grup nasyid Anjalis
Subhanallah, di usianya yang sangat muda Andi Suhandi telah berhasik menorehkan nilai-nilai luhur dalam sejarah generasi muda Indonesia. Semoga prestasi yang telah diraih oleh Andi Suhandi, bisa memotivasi dan menginspirasi kita semua, tidak hanya para orang tua tapi sebagaimana Andi Suhandi, juga kita para generasi muda. Dengan segala kemampuan yang kita miliki, masri kita bersinergi untuk bisa membantu mengentaskan berbagai persoalan di negri ini terutama dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan SDM yang berkwalitas. Jika Andi Suhandi BISA, insyallah kita juga PASTI BISA...Berlomba-lombalah dalam kebaikan...Kip HAMASAH...^____^
Andi Suhandi bersama ana-anak jalanan Bekasi |
Kalau kita dengar prestasi dan kedermawanannya mungkin kita semua akan menyangka bahwa dia adalah seorang anak manusia yang terlahir dari keluarga yang berekonomi kuat sehingga dia bisa menyantuni anak-anak jalanan itu. Tapi tau tidak Sohibika bahwa Andi Suhandi sendiri terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, ayahnya hanya seorang penjual gorengan sedangkan ibunya adalah seorang buruh tani. Dan karena keterbatasan kondisi ekonomi orang tuanya itulah membuat Andi Suhandi sejak berada di bangku SD ikut membanting tulang.
"Hidup adalah kerja keras". Itulah moto hidup yang selalu tertancap dalam benaknya.
Bayangkan saja Sohibika, sejak kecil Andi Suhandi sudah memiliki pekerjaan seperti layaknya orang dewasa.
Pada saat duduk di bangku kelas SD, ia sudah jadi kuli petik padi, kuli bangunan, tukang antar batu, tukang antargenteng, tukang kredit pakaian dalam wanita, tukang cari kayu bakar, tukang cari rumput untuk kambing, tukang jual semangka, dan masih banyak lagi sampai-sampai dia hampir tidak punya waktu untuk bermain.
Masa sekolah SMP pun, ia lalui dengan kerja keras. Selain jarak puluhan kilometer yang harus ia lalui, Andi juga harus pintar-pintar mengatur waktu sekolah dan bekerja. Setelah lulus SMP Andi mendaftar ke SMA negeri favorit di daerahnya, SMAN 1 Cibadak. Sukabumi Namun, karena kekurangan biaya, dia akhirnya menjual kambing dengan harga sebesar sama dengan harga pendaftaran sekolah.
Di SMA ia aktif bernasyid, lalu membawa keterampilan itu ke rumahnya. Setelah mengajar ngaji bersama ibu dan kakak, Selepas Magrib Andi mengumpulkan anak-anak warga desanya di teras rumahnya yang sederhana dan membentuk grup nasyid. Sekarang grup nasyid itu sudah terkenal di kampungnya sehingga desa tetangga sering meminta untuk mengisi berbagai acara, mulai dari pernikahan, khitanan, sampai perayaan hari besar Islam.
Setelah lulus SMA tahun 2006, karena Andi tidak ammpu mendapatkan biaya untuk meneruskan pendidikannya di Perguruan Tinggi, kemudian Andi nekat ikut kakaknya yang hanya seorang pedagang agar-agar keliling di kawasan Kranji, Bekasi. Andi pun akhirnya ikut berjualan agar-agar keliling dengan pikulan keliling kompleks bersama kakaknya, dengan keuntungan maksimal Rp. 15 ribu/hari. Dan untuk mencari tambahan penghasilan, Andi dan kakaknya juga pernah mengamen di emperan toko. Dan saat mengamen itulah akhirnya dia mengenal banyak anak jalanan. Dan disela mengamen itupun dia menfaatkan untuk mengajari anak-anak jalanan yang mereka temui. Pelajaran yang mereka berikan mulai dari pengetahuan umum, pendidikan agama, seni, hingga motivasi.
Dengan bantuan dua orang temannya, yaitu Nadia dan Rijal, di luar kegiatannya sebagai mahasiswa, Andi masih terus memberikan pelajaran bagi anak-anak jalanan di Bekasi, juga pelajaran seni nasyid. Bahkan di Bekasi Andi berhasil membuat grup nasyid bernama Anjalis (grup nasyid laki-laki) dan Melati voice (grup nasyid perempuan).
Karena tempat tak lagi sekadar mewadahi anak jalanan, dari Anjalis (nama tim nasyid laki-laki) dan Melati Voice (nama tim nasyid perempuan), dan kemudian melebur berganti nama menjadi “Sanggar Anak Matahari” di tahun 2006.
Dan karena jasanya itu Andi Suhandi terpilih menjadi The Young Hero oleh Kick Andi
Ini dia cuplikan video penghargaan Andi Suhandi oleh Kick Andi dan grup nasyid Anjalis
Subhanallah, di usianya yang sangat muda Andi Suhandi telah berhasik menorehkan nilai-nilai luhur dalam sejarah generasi muda Indonesia. Semoga prestasi yang telah diraih oleh Andi Suhandi, bisa memotivasi dan menginspirasi kita semua, tidak hanya para orang tua tapi sebagaimana Andi Suhandi, juga kita para generasi muda. Dengan segala kemampuan yang kita miliki, masri kita bersinergi untuk bisa membantu mengentaskan berbagai persoalan di negri ini terutama dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan SDM yang berkwalitas. Jika Andi Suhandi BISA, insyallah kita juga PASTI BISA...Berlomba-lombalah dalam kebaikan...Kip HAMASAH...^____^
No comments:
Post a Comment